BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Hirchsprung
ini adalah kelainan bawaan penyebabnya
gangguan prasase usus tersering pada neonatus, kebanyakan terjadi pada bayi
aterm dengan berat lahir ³ 3 kg
lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan gegala yang nampak dari
penyakit hirschprung adalah obstipasi dan ini merupakan indek utama, untuk itu
pada makalah ini dibahas secara mengenai penyakit hirschsprung.
B. Tujuan Penulisan
-
Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i memahami asuhan keperawatan pada
anak tentang penyakit hirschsprung
-
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i dapat menjelaskan pengertian
penyebab macam-macam manipestasi dan pemeriksaan penunjang tentang penyakit
hirschsprung.
C. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah dengan library research dan diskusi kelompok.
D. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari penulisan
makalah ini adalah tinjauan teoritis dari penyakit hirschprung dan asuhan keperawatannya.
E. Sistimatika Penulisan
Sistimatika penulisan makalah ini dibagi dalam 4 bab yang terdiri dari :
BAB I Pendahuluan
Meliputi latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup dan sistimatika penulisan
BAB II Tinjauan
Teoritis
Melipti pengertian,
etiologi, manipestasi klinik pemeriksaan penujang dan penatalaksanaan,
komplikasi, patofisiologi serta macam-macam penyakit Hirschsprung
BAB III Asuhan
Keperawatan
BAB IV Penutup
Meliputi Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit Hirschsprung juga
disebut megakolon aganglionik congenital merupakan keadaan tidak ada atau
kecilnya sel saraf ganglion parasimpatik
pada pleksus mienterikus dan kolon
distalis.
(Prinsip Keperawatan pediatik Jilid 2, Rosa M Sacharin, 465)
Penyakit hirschsprung adalah
kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus tersering pada neonatus, , kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat
lahir ³
3 kg lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan
(Kapita selekta kedokteran jilid 2,
380)
Penyakit Hirschsprung adalah
suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
perasimpatis pada usus, dapat dari kolon sempat pada usus halus.
(Perawatan Anak Sakit, Ngastiyah, 139)
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah
karena tidak adanya atau kecilnya sel saraf ganglion parasimpatis pada pleksus
mienteritus dari kolon distalis. Selain itu, penyakit ini adalah kelainan
bawaan.
C.
Manifestasi Klinik
Gejala Penyakit
Hirschsprung adalah obstruksi usus letak rendah . Bayi dengan penyakit
ini dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :
1. Obstruksi total saat lahir dengan
muntah , distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium.
2.
Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang
membaik secara spontan maupun dengan enema. Bayi sering mengalami konstipasi,
muntah, dan dehidrasi.
3. Gejala
ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut.
4. Konstipasi
ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
5. Gejala
hanya konstipasi ringan dan perut kembung.
D. Macam-macam
Penyakit Hirschsprung
1. Penyakit
Hirschsprung pendek
Segmen aganglionik mulai dari
anus sampai sigmoid ini merupakan 70% dari penyakit ini dan lebih sering
ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
2. Penyakit
Hirschpsprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid
bahkan dapat mengenai seluruh kolon usus halus sama banyak antara anak lak-laki
dan anak perempuan.
Penyakit hirschsprung merupakan
keadaan tidak ada atau kecilnya sel saraf ganglion parasimpatik pada pleksus
mienterikus dari kolon distalis. Karena terdapat penurunan atau tidak adanya
sel ganglion, maka peristaltik tidak terjadi pada area yang terkena. Bagian
yang terkena biasanya sempit tetapi usus di atasnya mengalami hipertropi dan dilatasi
juga dapat ditemukan ulserasi mukosa pada neonatus. Bahan feses tidak melintasi
di sepanjang bagian yang sempit, ini dan
menimbulkan distensi dan obstruksi abdomen.
( Rosa M, Sacharin.
Prinsip perawatan pediatric edisi 2 EGC, hal 465 ).
F. Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksanaan
radiologis akan menemukan kelainan pada
kolon setelah enema barium. Radiografi biasa akan memperlihatkan dilatasi dari kolon diatas segmen
aganglionik.
2. Biopsi
rectal ini dilakukan dibawah anestesi umum. Hal ini melibatkan baik
diperolehnya sample lapisan otot rectum untuk pemeriksaan adanya sel ganglion
plektus auerbach atau biopsy yang lebih superficial untuk memperoleh mukosa dan
sub mukosa bagi pemeriksaan pleksus meissner. Jika dilakukan biopsy dalam
terdapat bahaya adhesi dan infeksi dari jaringan dalam.
3. Manometri
aneorektal. Pada uji ini suatu balon ditempatkan dalam rectum dan dikembangkan
secara normal dikembangkannya balon menghambat spingter ini interna. Pada
penyakit hirschsprung efek inhibisi ini tidak ada dan jika balon berada dalam
usus aganglionik dapat diidentifikasi gelombang rectal yang abnormal. Merupakan
suatu uji sederhana tetapi pada masa neonatus
dapat diperoleh hasil baik yang positif palsu maupun negative palsu.
4. Biopsi
isap yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat pengisap dan mencari sel
ganglion pada daerah submukosa.
5. Pemeriksaan
aktivitas enzim asetilkolin esterase
dari hasil biopsy isap. Pada penyakit ini khas terdapat peningkatan aktivitas
enzim asetilkolin enterase.
6. Pemeriksaan
aktivitas noreepineprin dari jaringan biopsy usus.
G. Penatalaksanaan
·
Medik
-
Hanya dengan operasi. Bila
belum dapat dilakukan operasi, biasanya (merupakan tindakan sementara) dipasang
pipa rectum dengan atau tanpa dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis
secara teratur.
-
Pemasangan sonde lambung untuk
mengeluarkan mekonium dari udara.
-
Kolostomi dibuat dikolon
berganglion normal yang paling distal.
-
Tindakan bedah definitif di
lakukan dengan mereseksi bagian usus yang aganglionik dan membuat anostomosis.
Prosedurnya adalah Duhamel, Swenson, Soave, dan Rehbein.
·
Keperawatan
Masalah utama adalah terjadinya gangguan defekasi
(obstipasi ). Perawatan yang di lakukan adalah melakukan spuling dengan air
garam fisiologis hangat setiap hari (bila ada persetujuan dokter). Dan
mempertahankan kesehatan pasien dengan memberi makan yang cukup bergizi serat
mencegah terjadinya infeksi.
H. Komplikasi.
- Entorokolitis
Nekrotikans
- Pneumotosis Usus
- Abses Perikolon,
- Perforasi
- Septikemia
- Komplikasi pasca bedah antara
lain kebocoran anasto, mosis, stenosis, dan
enterokolitis.
Patofisiologi
ETIOLOGI
Sel ganglion tidak ada atau menurun
Kolon tidak
mengembang (sempit )
Gangguan aliran feces
Akumulasi feces dan gas pada usus yang normal
Pembesaran
pada usus yang normal
pertumbuhan
bakteri berlebihan obstruksi usus
pada kolon
refluks
enterokolitis konstivasi obstruksi muntah
|
|
||||||||
|
|||||||||
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
PENYAKIT HIRSCSPSRUNG
A.
Pengkajian
1.
Identitas
2.
Prevalansi terbanyak biasanya pada bagian cukup
gin, jarang terjadi pada bayi premature dan lebih terjadi pada bayi laki-laki
pada penyakit hirschsprung segmen pendek.
b. Riwayat
kesehatan
-
keluhan utama
biasanya terjadi ostivasi atau konstivasi,
meconium belum keluar dalam 24 jam petama kelahiran, muntah hijau yang bersemu
dengan empedu.
-
riwayat penyakit sekarang
adanya kesulitan devekasi, abdomen yang
membuncit kembung di perparah dengan muntah hijau dan terjadi secara akut.
- Riwayat penyakit keluarga
ada/tidaknya anggota – anggota
keluarga klien yang pernah mengalami penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan
-
Sistem pencernaan
terjadi obstivasi /
konstivasi, perut biasanya kembung, muntah hijau sering terjadi yang bersemu
dengan empedu, peristaltic usus serta bising usus.
B.
Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul
Gangguan pola eliminasi berhubungan
dengan akumulasi feses
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan
dengan muntah
Resti kekurangan cairan berhubungan
dengan diare yang terus menerus
C.
III. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan
pola eliminasi berhubungan dengan akumulasi feses
Tujuan : pola eliminasi terpenuhi
Kriteria : kanstipasi/obstivasi
berkurang
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
-
Observasi dan catat frekuensi
defekasi karanteristik jumlah
-
Tingkatkan tirah baring,
berikan alat-alat disamping tempat tidur
-
Buang feses dengan cepat
berikut pengharum ruangan
-
Anjurkan klien untuk
memakan-makanan yang berserat
-
Auskultasi bunyi abdomen
-
Kolaborasi dengan tim medis
dan memberikan obat pelunak feses
|
-
Mengkaji beratnya defekasi
-
Istirahat menurunkan
motilitas usus defekasi dapat terjadi tiba-tiba dan menghindarkan inkontinensia/jatuh
bila alat-alat tidak dapat dijangkau tangan.
-
Menurunkan bau tak sedap
untuk menghindari rasa malu
-
Menurunkan konstivasi
-
Menentukan adanya bunyi usus
yang abnormal
-
Menurunkan konstipasi
|
2. Gangguan
pemenuhan nutrisi berhubungan dengan muntah
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Muntah berkurang
Berat Badan naik
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
-
Timbang berat badan dan catat
hasil dan keluaran
-
Auskultasi bising usus
-
Lakukan pemasangan selang nasogastrik
-
Konsultasikan dengan ahli
gizi untuk memenuhi nutrisi
-
Konsultasikan dengan tim
medis dalam pemberian obat misalnya anti emetik
|
-
Memastikan kebutuhan
metabolik
-
Menentukan peristaltic usus
-
Memberikan nutrisi secara
langsung
-
Meningkatkan nafsu makan dan
menentukan pola nutrisi bagi klien
-
Diberikan ½ jam sebelum makan dapat menurunkan mual
|
3. Resti
kekurangan cairan berhubungan dengan diare muntah
Tujuan : Mempertahankan cairan
adekuat
Kriteria hasil : volume cairan
adekuat
INTERVENSI
|
RASIONALSASI
|
-
Awasi masukan dan keluaran
-
Kaji tanda-tanda vital
-
Observasi kulit torgor kulit,
memberi neukoasa
-
Ukur berat badan tiap hari
-
Berikan cairan parental (IV)
-
Berikan obat anti emetik
|
-
Memberikan informasi tentang
keseimbangan cairan
-
Hipotensi takikardi, demam
dapat Menunjukkan efek kekurangan cairan
-
Indikator cairan dan status
nutrisi
-
Mempertahankan dan
memper-baiki volume cairan
-
Menurunkan kehilangan cairan
-
Mengontrol mual muntah
|
BAB
IV
Kesimpulan
Penyakit
Hirschsprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatic pada
usus dapat dari kolon sampai pada usus halus. Penyakit ini disebabkan karena
tidak adanya sel atau kecil sel saraf ganglion parasimpatis pada pleksus
mienterikus dari kolon distaus.
Gegajanya antara lain distensi abdomen, muntah, konstipasi dan perut
kembung. Penatalaksanaannya dapat dengan
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ngastiyah 1997 Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta
·
Rossa M, Sacharin, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2.
EGC : Jakarta
Arif Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selektaa Kedokteran Edisi 3 Jilid 2, Media Aesculapius :
FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar