ASERTIF
A. Pengertian
Kepemimpinan
Asertifitas adalah kemampuan seseorang untuk memotifasi dan menyatakan secara
langsung ide, opini, dan keinginan diri mereka secara jujur, dan tidak
melanggar hak orang lain, untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan
ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian
personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif
lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul dari
proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul kesimpulan
yang memuaskan.
B. Ciri-ciri
dan Sikap Kepemimpinan Asertifitas
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat
seseorang dikatakan mempunyai sikap asertifitas apabila mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1)
Bebas
mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan
2)
Dapat
berkomunikasi secara langsung dan terbuka
3)
Mampu
memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik
4)
Mampu
menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau
segala sesuatu yang tidak beralasan cenderung bersifat negatif
5)
Mampu
mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan
6)
Mampu
menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan
dengan cara yang tepat
7)
Memiliki
sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan
8)
Menerima
keterbatasan yang ada dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa
yang diinginkan nya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan
tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
C. Manfaat
Prilaku Asertif
Dalam
berprilaku asertif ini sangat bermanfaat dalam hal bagaimana seseorang terampil
berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain secara jujur, sabar, percaya
diri, dan tanpa menyinggung perasaan orang lain. Selain itu manfaat selanjutnya
adalah :
1)
Memahami
dan mengenal diri sendiri, orang lain, tim kerja, dan organisasi
2)
Meningkatkan
pola berpikir : positif, percaya diri, tegas, tulus, terbuka, etis dan tidak
menyinggung perasaan
3)
Mengembangkan
kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara asertifitas dengan orang lain
dalam pergaulan, pekerjaan dan organisasi
D. Contoh
dari Sikap Kepemimpinan Asertifitas
Contoh :
Seorang Kepala
Ruangan bernama Ny. A yang sudah bekerja lama dirumah sakit swasta, yang sudah
memimpin ruangan dahlia selama 3 tahun, ia mempunyai ciri kepemimpinan
asertifitas. Setiap pagi Ny. A selalu mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang
ada dengan cara bekerja sama dengan tim medis lain, agar ruangan tersebut lebih
terasa kondusif. Selain itu Ny. A sering mengadakan pertemuan berkala dengan
perawat ruangan lainnya yang berada di wilayah tanggung jawabnya, agar setiap
permasalahan bisa teratasi dan dibicarakan dengan baik. Bukan hanya dengan tim
kerja lainnya, Ny. A selalu memberikan pendekatan kepada setiap pasien yang
dirawat untuk mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah yang dihadapinya.
KOMUNIKASI ASERTIF
Komunikasi Asertif adalah komunikasi yang terbuka,
menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi assertive tidak menaruh
perhatian hanya pada hasil akhir tapi juga hubungan perasaan antar manusia.
Perilaku asertif diperlukan, sedikitnya jika
dilihat dari dua sudut pandang: (1) ini menunjukkan komunikasi yang terbuka,
dewasa dan langsung, yang memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengetahui
perasaan seseorang, serta meningkatkan harga diri (Percell, 1997) dan (2)
merupakan cara yang “tidak terlalu mahal” untuk menciptakan hubungan antar pribadi yang efektif daripada perilaku pasif atau agresif.
Ciri-ciri Komunikasi Asertif adalah :
1.
Terbuka dan jujur terhadap pendapat
diri dan orang lain
2.
Mendengarkan pendapat orang lain dan
memahami
3.
Menyatakan pendapat pribadi tanpa
mengorbankan perasaan orang lain
4.
Mencari solusi bersama dan keputusan
5.
Menghargai diri sendiri dan orang
lain, mengatasi konflik
6.
Menyatakan perasaan pribadi, jujur
tetapi hati-hati
7.
Mempertahankan hak diri
8.
He
differences between Assertive, Aggressive and Passive
9.
Bahasa tubuh.
PERILAKU ASERTIF PADA PERAWAT
Karakteristik
pekerjaan keperawatan sedang berubah, sehingga tercipta tuntutan untuk bertanggung jawab dan wewenang yang lebih besar pada semua
tingkat profesi keperawatan. Kebutuhan ini merubah konsep peran dan konsep diri
profesional dari para praktisi keperawatan.
Super (1957)
mengatakan bahwa pemilihan karir adalah sebuah cara untuk implementasi konsep
diri seseorang. Karenanya, keterlibatan dengan pekerjaan yang memungkinkan
ungkapan diri yang sesuai dengan nilai-nilai
pribadi dapat menjadi sebuah fungsi dan gaya kepribadian, selain juga merupakan
sumber dan kesempatan.
Terdapat
beberapa alasan mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat : (1) para perawat yang lebih menyukai
sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal dan mahir dalam ketrampilan dan
bahasa yang lebih aktif berpartisipasi dalam pekerjaan mereka. (2) mereka yang
mendukung peran perawat yang professional dan primer mungkin akan menemukan
bahwa pelatihan sikap asertif akan berguna untuk memungkinkan perkembangan
sikap-sikap perilaku keperawatan yang
bertanggung jawab, serta ketrampilan komunikasi yang efektif, dan (3) para
professional keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat terhadap
keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk mengkomunikasikan
sikap-sikap dan harapan-harapan mereka dengan lebih jelas.
TUJUAN DARI PELATIHAN SIKAP ASERTIF
Wheeler (1977) menunjukan
bahwa tujuan dari pelatihan sikap asertif adalah untuk mengajar orang tentang
bagaimana menggunakan hak mereka, untuk membantu mereka dalam mengembangkan
berbagai perilaku, dan untuk membantu mereka untuk bertindak menurut minat
terbaik mereka sendiri. Karena pelatihan sikap asertif ini adalah metoda
perilaku (bukan metoda yang berorientasi pada pemahaman), maka tujuannya lebih
bersifat induktif daripada deduktif. Tujuan dari banyak bentuk psiko-terapi
manusia : yaitu kemudahan dalam hubungan interpersonal; keselarasan pikiran, perasaan,
dan perilaku; dan kemampuan menerima tanggung jawab atas tindakan seseorang
serta untuk menerima akibat dari tindakan tersebut.
UNSUR – UNSUR SIKAP ASERTIF
Secara garis
besar, sikap asertif dapat terbagi menjadi dua unsure : verbal dan nonverbal.
Untuk di kategorikan sebagai asertif, sebuah komunikasi harus mengandung kedua
unsure ini.mungkin saja seseorang mengatakan semua kata – kata yang benar,
misalnya “Saya ingin anda mengembalikan baju yang anda pinjam”, tetapi ia mengatakannya
dengan cara yang agresif (tangan di pinggang, mata membelalak, suara tinggi),
atau cara yang pasif (suarakecil, mata sedih, nada memohon) sehingga penerima
pesan merasa tersinggung atau tidak nyaman.
Agar semua pesan benar-benar asertif, kata-kata
dan irama di balik kata-kata harus berjalan
bersama. Misalnya, orang telah belajar
bahwa kelemah lembutan tidak diungkapkan dengan nada suara yang keras, bahwa
pembicaraan intim tidak mengambil tempat di antara dua orang yang terpisah 5
meter, dan bahwa marah tidak diungkapkan dengan tersenyum. Sebenarnya, jika
kata-kata dan irama tidak seiring maka akan
sulitlah untuk mengetahui mana yang harus di percaya. Akibatnya timbul
kebingungan, dan respon yang wajar dari pendengar pesan yang campur aduk ini adalah
penghindaran diri, menarik diri, marah atau beberapa bentuk jarak interpersonal
lainnya.
1. Unsur
Nonverbal
Serber
(1977) menyebutkan bahwa unsure non-verbal dari perilaku adalah :
1)
Kekerasan suara
Berteriak atau berbisik bukanlah sikap
asertif. Nada suara tidak tergantung pada isi pesan yang dikirim. Nada yang
asertif harus keras dan tegas sehingga terdengar dengan jelas, tetapi tidak
boleh terlalu keras sehingga memekakkan telinga penerima.
2)
Kelancaran mengatakan kata-kata
Kelancaran mengatakan kata-kata juga tidaak bergantung pada isi pesan. Orang
yang menggunakan terlalu banyak penghentian atau kata-kata “pengisi” seperti
“uh”, “er”, “huh”, “anda tahu”, “seperti”, dan sebagainya cenderung dilihat
sebagai orang yang ragu, sedangkan orang yang bicara terlalu cepat sering di
alami oleh orang lain sebagai orang yang terlalu membebani. Yang asertif adalah
kecepatan bicara yang sedang dan tidak terputus-putus.
3)
Kontak mata
Tidaklah mungkin untuk menjadi asertif
bila tidak melihat kepada penerima yang di harapkan. Tanpa kontak mata, tidaklah
terdapat cara untuk mengukur sebuah
respon, dan penerima pesan di paksa untuk masuk kepada pemberi pesan supaya
memberikan umpan balik komunikasi. Tentu saja, membelalak atau menatap tajam
adalah hal yang intrusive. Kontak mata yang asertif berarti bahwa seseorang
mampu memandang wajah penerima secara terus-menerus tetapi tanpa intensitas tertentu yang membuat
penerima merasa di tantang.
4)
Ungkapan wajah
Orang yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan dahi saat mengatakan
sayang, akan “mengkhianati” isi dari kata-kata
mereka. Bila merah, janganlah tersenyum; bila menunjukkan penghargaan,
tersenyumlah. Meskipun ungkapkan wajah sulit untuk di ukur atau di gambarkan,
kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk mampu memilih ungkapan wajah yang
cocok untuk arti kata-kata mereka. Bila
seseorang tidak mampu untuk menyelaraskan kata-kata
dengan irama, seringkali hal ini merupakan tanda dari rasa tidak nyaman atau
kecemasan; karena keselarasan dan kecemasan merupakan reaksi-reaksi eksklusif yang saling menguntungkan, maka
menjadi selaras dapat membantu mengurangi kecemasan.
5)
Ungkapan tubuh
Seperti ungkapan wajah, cara seseorang
berdiri, duduk, atau bergerak sebenarnya menyampaikan sekumpulan sikap yang
kompleks. Seseorang yang duduk membungkuk dapat di lihat sebagai marah, tidak
berminat, atau ketakutan. Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan
tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi kaku, dan
menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan pembicaraan mereka tanpa menjadi
terlalu memaksa atau kasar.
6)
Jarak
Seberapa jauh seseorang berdiri dari orang lain ketika
berinteraksi akan berbeda-beda dalam setiap
kebudayaan dan setiap orang. Istilah gelembung telah di terapkan untuk batas
tidak kasat mata yang di gunakan oleh seseorang untuk melindungi dirinya dari
intrusi orang lain (Sommer, 1969).
Unsur Verbal
Apa yang di
katakan sama pentingnya dengan bagaimana cara seseorang mengatakannya. Misalnya,
kemungkinan kecil bahwa seseorang yang membuat pernyataan atau permintaan yang
tidak jelas akan mendapat respon yang sesuai. Si pendengar belum tentu tidak
responsive, tetapi pesannya terlalu samar untuk mendapatkan respon yang jelas.
Cooley dan Hollandsworth (1977) telah menyebutkan tiga unsure verbal dari
pernyataan yang asertif :
1)
Mengatakan
tidak atau menyatakan sikap
2)
Meminta
bantuan atau mempertahankan hak
3)
Mengungkapkan
perasaan
Unsur verbal pernyataan yang asertif.
Mengatakan
“tidak” atau menyatakan sikap
a.
Posisi
: Pernyataan, biasanya pro atau kontra
tentang sikap seseorang tentang sebuah isu atau respon seseorang terhadap sebuah
permintaan atau tuntutan
b.
Alasan
: Pernyataan diajukan untuk menjelaskan
atau membenarkan posisi, permintaan, atau perasaan seseorang
c.
Pemahaman
: Pernyataan mengenali dan menerima posisi,
permintaan, atau perasaan orang lain.
Meminta bantuan atau mempertahankan hak
a.
Masalah
: pernyataan menggambarkan suatu situasi yang tidak memuaskan yang perlu di
rubah.
b.
Permintaan
: pernyataan meminta sesuatu yang di perlukan untuk mengatasi masalah.
c.
Penjelasan
: pernyataan dirancang untuk menghasilkan informasi tambahan atau spesifik
tentang masalah yang terlibat.
Ungkapan perasaan
a.
Ungkapan
pribadi : pernyataan mengkomunikasikan emosi, perasaan, atau ungkapan yang
cocok lainnya, seperti ucapan terima kasih, kasih sayang, atau kekaguman.
Mengatakan tidak.
Pernyataan
asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat cara-cara untuk mengatakan
tidak secara asertif sebagai respon terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan orang lain.
Menunjukkan sikap.
Unsur dari
asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon terhadap suatu situasi. Unsur kunci pada area ini adalah
kejelasan dari posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi tersebut di nyatakan, dan pemahaman
tentang posisi orang lain: “saya
tahu bahwa anda yakin Nona Lloyd sedang dalam pemulihan. Tetapi saya tidak yakin bahwa ia telah siap untuk di
pulangkan, dan saya tidak mendukung kepulangannya”.
TEKNIK – TEKNIK SIKAP ASERTIF
Kebanyakan orang
bervariasi dalam sikap asertifnya dari situasi satu ke situasi lainnya, dan
derajat keintiman yang di bagikan kepada orang lain juga berpengaruh pada
variasi ini. Mungkin saja seseorang dapa bersifat asertif dengan pasangan
hidupnya, tetapi berubah menjadi pendiam di hadapan mertuanya. Bisa juga
bersikap asertif terhadap orang asing lebih mudah dari pada harus membatalkan
sebuah pertemuan dengan temannya karena ingin tinggal di rumah. Salah satu perbedaan yang lebih umum
dari sikap asertif di dalam diri seseorang, dan bukan diantara beberapa
pribadi, adalah pada bagaimana pemimpin berespon terhadap bukan rekan kerjanya,
yaitu mereka yang lebih berkuasa terhadap mereka yang kurang berkuasa. Jika di
tambah dengan unsure perbedaan latar belakang pendidikan, maka akan dapat di
mengerti bagaimana sikap asertif dapat menjadi membingungkan dan sulit.
1. Bersikap
Asertif Terhadap Figur Atasan
Banyak
orang di besarkan dan di didik untuk “menghargai yang lebih tua”mdan “mematuhi
orang tua”. Meskipun hal ini tidak mendapat tantangan pada masa kanak – kanak
yang masih bergantung pada orang tuanya dan guru, tetapi sikap ini bukan
merupakan nasihat yang tepat bagi orang dewasa yang harus mengarahkan dirinya
sendiri dan bertanggung jawab untuk hidup mereka. Jarang seseorang akan
menyelamatkan anak buah dari atasannya yang kejam,dan lebih jarang lagi bahwa
seorang atasan akan berubah hanya karena harapan anak buahnya. Anak buah harus
menolong atasannya untuk mengerti bahwa mereka bukanlah alas kaki atau anak – anak
atau alat pasif yang dapat digunakan untuk bermacam – macam hal. Meskipun
kebanyakan atasan atau pengawas perawat secara kognitif mengetahui hal ini,
tetapi beberapa dari mereka tidak mahir dalam relasi antar pribadi. Bersikap
asertif terhadap atasan atau pengawas dapat menjadi peringatan yang halus bahwa
anak buah mempunyai hak untul di perlakukan sebagai orang dewasa, meskipun
atasan mempunyai posisi kekuasaan lebih bayak tanggung jawab dan wewenangnya.
2. Bersikap
Asertif Terhadap Anak Buah
Orang-orang belajar bagaimana menjadi pimpinan dan orang
tua dengan memperhatikan model peran. Jika nasib anda mujur dan menyediakan
latihan – latihan yang baik melalui pimpinan, manajer, orang tua, dan profesi
pelayanan, maka keterampilan interpersonal yang efektif akan tumbuh dan
berkembang untuk selamanya,tetapi, karena nasib tidak selalu mujur dan dalam
saat – saat stress, akan mudah untuk “menularkan” sikap agresif dan manipulatif
yang kita pelajari di masa lalu. Bila orang bersikap asertif terhadap atasan, akan
lebih sedikit timbunan kemarahan yang dapat tertumpah ketika berkontak dengan
pegawai, pasien, dan anak – anak; lebih dari itu,akan kecil kemungkinan untuk
melupakan bahwa orang lain yang mempunyai kekuasaan lebih kecil juga mempunyai
hak untuk menentukan respon mereka sendiri.
KOMUNIKASI
AGRESIF
Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung
untuk merendahkan / mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan
hak orang lain. Contoh komunikasi agresif : "Lakukan saja!".
Ciri-cirinya
adalah :
1.
Ingin kemauan dan pendapatnya diikuti
2.
Memaksa orang untuk melakukan hal-hal
yang tidak ingin dilakukan
3.
Keras dan bermusuhan
4.
Menyerang secara fisik atau verbal
5.
Interupsi
6.
Intimidasi
7.
Ingin menang dengan segala cara
8.
Suka memakai kambing hitam
9.
Suka memakai figur "Big
Boss"
Komunikasi agresif memiliki satu buah
sub yaitu Komunikasi Aggresif tidak Langsung yang berupaya untuk memaksa orang
lain melakukan hal yang kita kehendaki tetapi mereka tidak menghendakinya. Istilah
"pisau dibalik topeng senyuman" mungkin cocok dengan komunikasi
agresif tidak langsung karena cara-cara mereka umumnya sopan, tenang,
manipulative/menjebak, merendahkan orang lain, dan sabotase. Orang yang
melakukan aggressive communication mungkin pada awalnya merasa puas,
menang/superior dan cenderung untuk mengulangi tindakannya. Tetapi untuk jangka
panjangnya mereka dapat merasa bersalah (saat memikirkan tindakannya), malu,
dan ditinggalkan teman. Pada akhirnya akan terus menyalahkan orang lain atau
system. Balas dendam mungkin dapat dilakukan oleh orang lain yang sebelumnya disudutkan.
PASSIVE
COMMUNICATION (SUBMISSIVE)
Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi aggressive
dimana orang tersebut cenderung untuk mengalah dan tidak dapat mempertahankan
kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka cenderung dilanggar namum dibiarkan.
Mereka cenderung untuk menolak secara pasif (dengan ngomel dibelakang
misalnya).
Ciri-ciri
komunikasi pasif ini adalah:
1.
Orang yang jarang mengungkapkan
keinginan dan kebutuhan atau perasaan
2.
Mengikuti tuntutan dan kemauan orang
lain, ingin menghindari konflik
3.
Tidak mampu mempertahankan hak dan
pribadinya
4.
Selalu mengedepankan orang lain
5.
Minta maaf berlebihan
6.
Marah kecewa, frustasi dipendam
7.
Tidak tahu apa yang diinginkan
8.
Tidak bisa ambil keputusan
9.
Selalu mencari-cari alasan atas
tindakan
Untuk jangka pendek, komunikasi ini bisa mengakibat rasa
lega, terhindar dari rasa bersalah, bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun
untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya diri dan hormat pada diri
sendiri.
BAHASA
TUBUH UNTUK TIGA JENIS KOMUNIKASI
1.
Assertive
2.
Aggressive
3.
Pasif
Posture
:
Tegak lurus
Condong ke depan
Agak mundur
Head:
Santai dan tidak kaku
Santai dan tidak kaku
Mendongak ke atas
Menunduk
Eyes
:
Langsung, tidak melototi, pandangan bagus, biasa/santai
Melototi seolah-olah akan mengamuk
Tidak berani menatap.
Face :
Ekspresi sesuai kata-kata yang keluar
Tegas
Tersenyum selalu bahkan sewaktu kesal
Voice
:
Sesuai dengan kontak
Keras
Ragu/lembut, cenderung berbicara setelah lawan selesai
berbicara
Arms/hands :
Santai, bergerak bebas
Terkontrol, jari menunjuk menancap ke suatu objek, terkepal
keras
Diam… tidak bisa bergerak
Movement/ walking :
Terukur, sesuai
Lambat dan keras atau cepat, bebas, Keras
Lambat dan ragu-ragu atau cepat tapi terkesan terburu-buru
Perilaku assertive memiliki manfaat :
1.
Meningkatkan percaya diri dalam mengekspresikan
diri sendiri
2.
Dapat bernegosiasi lebih produktif
dengan orang lain
3.
Dapat merubah situasi kerja yang
negatif menjadi positif
4.
Meningkatkan hubungan antar manusia
pada pekerjaan dan mengurangi kesalahpahaman
5.
Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan
diri pada pekerjaan/karir sesuai dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan
6.
Mampu membuat keputusan dan lebih
mempunyai peluang mendapatkan apa yang dicari dalam hidup
Hambatan yang didapat saat mencoba untuk assertive:
1.
Tindakan dan cara berpikir negatif
yg membatasi peluang Anda
2.
Conflict : Takut menghadapi konflik
sehingga menghindari tanggapan assertif dalam situasi yang menentukan
3.
Keterampilan komunikasi. Ketidakmampuan menanggapi berbagai situasi mengakibatkan
emosi, pikirkan dan kecemasan yang negative
4.
Race, tradition, education sewaktu
kita masih anak-anak
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi Asertif adalah komunikasi
yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi Agresif
Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung untuk merendahkan
/ mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan hak orang
lain.
Passive Communication (Submissive). Komunikasi
ini merupakan lawan dari komunikasi aggressive dimana orang tersebut cenderung
untuk mengalah dan tidak dapat mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan
hak mereka cenderung dilanggar namum dibiarkan. Mereka cenderung untuk menolak
secara pasif (dengan ngomel dibelakang misalnya).
Tujuan dari pelatihan sikap asertif adalah untuk
mengajar orang tentang bagaimana menggunakan hak mereka, untuk membantu mereka
dalam mengembangkan berbagai perilaku, dan untuk membantu mereka untuk
bertindak menurut minat terbaik mereka sendiri. Terdapat beberapa alasan
mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat: (1) para perawat
yang lebih menyukai sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal dan mahir dalam
ketrampilan dan bahasa yang lebih aktif berpartisipasi dalam pekerjaan mereka.
(2) mereka yang mendukung peran perawat yang professional dan primer mungkin
akan menemukan bahwa pelatihan sikap asertif akan berguna untuk memungkinkan
perkembangan sikap – sikap perilaku keperawatan yang bertanggung jawab, serta
ketrampilan komunikasi yang efektif, dan (3) para professional keperawatan yang
peduli pada pandangan masyarakat terhadap keperawatan mungkin dapat menemukan
cara untuk mengkomunikasikan sikap – sikap dan harapan – harapan mereka dengan
lebih jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar